Rabu, 13 Agustus 2008

SOP TERAPI KOGNITIF

TERAPI KOGNITIF PRILAKU:
MENGHENTIKAN PIKIRAN
DISAHKAN OLEH DIREKTUR
PROSEDUR TETAP
TERBIT KE 1
TGL.

A. Pengertian
Salah satu teknik terapi kognitif prilaku yang dilakukan perawat untuk membantu pasien menghentikan pikiran negatifnya.
B. Tujuan
Pasien terbebas dari pikiran negative atau pikiran yang menyimpang sehingga prilakunya adaptif.

C. Kebijakan
Dilakukan oleh semua mahasiswa yang telah mendapatkan teori dan praktek terapi kognitif prilaku.
Indikasi : Semua pasien yang memiliki pikiran negative atau pikiran menyimpang dan mengganggu prilaku(maladaptif) Misalnya: Over Generalization, Filter Mental, Loncatan Kesimpulan dan lain-lain.

D. Persiapan Alat:
Kursi yang ada sandaran kepala dan tangan( 1 perawat- 1 pasien)
Dokumen distorsi kognitif

E. Persiapan Perawat
1. Memastikan Distorsi Pikiran
2. Memastikan kebutuhan terapi

F. Persiapan Pasien
Telah dilakukan/melewati tahap I(Penangkapan Pikiran) dan II(Uji Realitas).

G. Persiapan Lingkungan
Ruangan yng tenang dan nyaman
Tertutup (minimalisir stimulus)

H. Prosedur Kerja
1. Menyampaikan salam
2. Mengingatkan nama perawat
3. Menegaskan kembali kontrak untuk terapi
4. Menyampaikan tujuan terapi
5. Menanyakan kesiapan pasien untuk terapi
6. Menyiapkan kursi/mengambil tempat*
7. Memberikan kesempatan pasien untuk bak/bab (k/p)
8. Menanyakan keluhan utama/memberi kesempatan pasien bertanya/menyampaikan sesuatu (k/p tindaklanjuti sementara)
9. Menjelaskan prosedur terapi sekaligus memperagakan
10. Membimbing pasien melakukan perasat:
a. Letakkan tubuh pasien dan semua anggota badan termasuk kepala (bersandar) pada kursi senyaman mungkin.
b. Tutup mata
c. Ambil nafas melalui hidung (secukupnya) tahan sebentar, keluarkan melalui mulut perlahan-lahan(Lakukan sampai merasa tenang)
d. Minta pasien untuk menghadirkan pikiran-pikiran yang tidak menyenangkan/menyakitkan yang telah disepakati u/ dihentikan. (Diawali dari hal positif-negatif/menyenangkan-menyakitkan)
e. Pastikan pasien mampu menghadirkan (perhatikan responnya)
f. Minta pasien untuk mengatakan pada dirinya “ STOP!” (Dengan penuh kesungguhan)
g. Buka mata
11. Tanyakan/evaluasi respon pasien
12. Kesimpulan dan support (Telah melakukan dengan baik dan mampu menerapkannya)
13. Memberikan follow up, apa yg harus dilakukan selanjutnya.(Terapkan dalam kehidupan sehari-hari apabila datang lagi pikiran seperti itu)
14. Salam terapeutik

I. Unit Terkait: Semua unit dengan indikasi yang sesuai.

J. Referensi:
1. Rawlin, Williams, & Beck, 1993, Mental Health Psychiatric Nursing, Philadelpia-USA.

* Sesuai kebutuhan.




















TERAPI KOGNITIF PRILAKU:
MENGGANTI PIKIRAN
DISAHKAN OLEH DIREKTUR
PROSEDUR TETAP
TERBIT KE 1
TGL.

A. Pengertian
Salah satu teknik terapi kognitif prilaku yang dilakukan perawat untuk membantu pasien mengganti pikiran negatifnya dengan yang positif dan telah disepakati.
B. Tujuan
Pasien terbebas dari pikiran negative atau pikiran yang menyimpang digantikan dengan pikiran yang positif sehingga prilakunya adaptif.

C. Kebijakan
1. Dilakukan oleh semua mahasiswa yang telah mendapatkan teori dan praktek terapi kognitif prilaku.
2. Indikasi : Semua pasien yang memiliki pikiran negative atau pikiran menyimpang dan mengganggu prilaku(maladaptif) Misalnya: Over Generalization, Filter Mental, Loncatan Kesimpulan dan lain-lain.

D. Persiapan Alat:
1. Kursi yang ada sandaran kepala dan tangan( 1 perawat- 1 pasien)
2. Dokumen distorsi kognitif
3. Sehelai kertas kosong yang relative kuat(kertas manila)

E. Persiapan perawat
Tidak ada persiapan khusus untuk perawat.

F. Persiapan Pasien
1. Telah dilakukan/melewati tahap I(Penangkapan Pikiran), II(Uji Realitas), dan III(menghentikan pikiran).
2. Alihan pikiran


G. Persiapan lingkungan
1. Ruangan yng tenang dan nyaman
2. Tertutup (minimalisir stimulus)

H. Prosedur Kerja
1. Menyampaikan salam
2. Mengingatkan nama perawat
3. Menegaskan kembali kontrak untuk terapi termasuk alihan pikirannya.
4. Menyampaikan tujuan terapi
5. Menanyakan kesiapan pasien untuk terapi
6. Menyiapkan kursi/mengambil tempat*
7. Memberikan kesempatan pasien untuk bak/bab (k/p)
8. Memberi kesempatan pasien bertanya/menyampaikan sesuatu (k/p tindaklanjuti sementara)
9. Bersama pasien merumuskan dan menetapkan alihan pikiran.
10. Menjelaskan prosedur sekaligus memperagakan
11. Membimbing pasien melakukan perasat:
12. Letakkan tubuh dan semua anggota badan termasuk kepala (bersandar) pada kursi senyaman mungkin.
13. Tutup mata
14. Ambil nafas melalui hidung (secukupnya) tahan sebentar, keluarkan melalui mulut perlahan-lahan(Lakukan sampai merasa tenang)
15. Mengambil pikiran negatif yang mengganggu.
Pastikan pasien mampu mengambil pikiran negatif, kmd induksi pasien agar ia mampu: Memikirkan akibat negatif dari pikiran negative.
16. Alihkan pada pikiran yang menyenangkan/positif/yang telah disepakati
17. Bantu/induksi pasien agar mudah mengalihkan pikiran ) Perintahkan pasien
Untuk mengatakan dengan mantap”alihan pikiran” yang telah disepakati.
18. Buka mata
19. Tanyakan/evaluasi respon pasien (Perasaan pasien sekarang)
20. Kesimpulan dan support
21. Memberikan follow up apa yg harus dilakukan selanjutnya(Gunakan cara yang
sama ketika datang pikiran distorsi)
22. Salam Terapeutik

I. Unit Terkait: Semua unit dengan indikasi yang sesuai.

J. Referensi:
1. Rawlin, Williams, & Beck, 1993, Mental Health Psychiatric Nursing, Philadelpia-USA.



















TERAPI KOGNITIF PRILAKU:
PENANGKAPAN PIKIRAN
DISAHKAN OLEH DIREKTUR
PROSEDUR TETAP
TERBIT KE 1
TGL.

A. Pengertian
Salah satu teknik terapi kognitif yang merupakan tahap pertama, dimana perawat mengkaji isi atau bentuk pikiran yang merusak atau menyimpang seperti Generalisasi, stempel pikiran, dan lain-lain.
B. Tujuan
1. Mengidentifikasi isi atau bentuk pikiran yang menyimpang
2. Menentukan isi atau bentuk pikiran menyimpang yang akan diintervensi pada tahap berikutnya.
C. Kebijakan
1. Dilakukan oleh semua mahasiswa yang telah mendapatkan teori dan praktek terapi kognitif prilaku.
2. Indikasi : Psikoneurosa dengan gangguan prilaku, psikotik dengan waham dan halusinasi, klien umum yang ingin menghilangkan prilaku tertentunya.
D. Persiapan Alat:
1. Kursi sebagai tempat duduk klien
2. Form Penangkapan pikiran
E. Persiapan perawat
Tidak ada persiapan khusus untuk perawat, yang pasti memiliki wawasan yang luas terkait dengan prilaku klien.
F. Persiapan pasien
-
G. Persiapan lingkungan
1. Ruangan yng tenang dan nyaman
2. Tertutup (minimalisir stimulus)

H. Prosedur Kerja
1. Menyampaikan salam
2. Perkenalan
3. Menyampaikan maksud pertemuan
4. Menyampaikan tujuan terapi
5. Menanyakan kesiapan pasien untuk terapi
6. Memberi kesempatan pasien bertanya/menyampaikan sesuatu (k/p tindaklanjuti sementara)
7. Menanyakan keluhan utama
8. Tanggapi secukupnya
9. Jelaskan, bagaimana kaitan antara pikiran-perasaan dengan prilaku (Prilaku yang ingin dihilangkan)



10. Mintai respon klien akan penjelasan tersebut, khususnya kaitan antara perasaan-pikiran dengan dirinya, over generalisasi, missal dst.
11. Bantu klien mengenali distorsi kognitifnya. Catat pada lembar/form yang tersedia.(Distorsi kognitif mungkin lebih dari satu)
12. Sepakati distorsi kognitif yang akan diintervensi.
13. Mintai respon klien
14. Kesimpulan dan support
15. Memberikan follow up, untuk mengikuti tahap II
16. Kontrak untuk tahap II.
17. Salam

I. Unit Terkait: Semua unit dengan indikasi yang sesuai.

J Referensi:
2. Rawlin, Williams, & Beck, 1993, Mental Health Psychiatric Nursing, Philadelpia-USA.































TERAPI KOGNITIF :
UJI REALITAS
DISAHKAN OLEH DIREKTUR
PROSEDUR TETAP
TERBIT KE 1
TGL.

A. Pengertian
Salah satu teknik terapi kognitif yang merupakan tahap kedua, dimana perawat menguji distorsi kognitif klien yang telah didapat pada tahap pertama, sampai benar-benar logis-rasional.
B. Tujuan
1. Menetapkan distorsi kognitif klien secara logis-rasional
2. Tercapainya kata akhir, bahwa klien benar-benar ingin menghilangkan distorsi kognitif tersebut.
C. Kebijakan
1. Dilakukan oleh semua mahasiswa yang telah mendapatkan teori dan praktek terapi kognitif prilaku.
2. Indikasi : Klien dengan distorsi kognitif, baik psikotik maupun neurotik
D. Persiapan Alat:
1. Kursi sebagai tempat duduk klien
2. Form Uji Realitas
E. Persiapan perawat
Menyiapkan dokumen tahap pertama (Form distorsi kognitif)
F. Persiapan pasien
-
G. Persiapan lingkungan
Ruangan yng tenang dan nyaman
Tertutup (minimalisir stimulus)

H. Prosedur Kerja
Menyampaikan salam
Perkenalan
Menyampaikan maksud pertemuan
Menyampaikan tujuan terapi
Menanyakan kesiapan pasien untuk terapi
Memberi kesempatan pasien bertanya/menyampaikan sesuatu (k/p tindaklanjuti sementara)
Validasi distorsi kognitif yang telah disepakati untuk diintervensi
Tanyakan bukti-bukti yang mendukung distorsi kognitif dan atau keuntungan apa yang didapanya (Gunakan form Uji Realitas)
Hadirkan atau tanyakan bukti-bukti yang melemahkan dan atau kerugian yang didapatkannya.
Mintai respon klien (Seberapa besar keyakinan yang masih dimilikinya)




Kesimpulan dan support
Memberikan follow up, untuk mengikuti tahap III
Kontrak untuk tahap III
Salam

I. Unit Terkait: Semua unit dengan indikasi yang sesuai.

J Referensi:
3. Rawlin, Williams, & Beck, 1993, Mental Health Psychiatric Nursing, Philadelpia-USA.





































TERAPI PRILAKU:
GUIDED IMAGERY
DISAHKAN OLEH DIREKTUR
PROSEDUR TETAP
TERBIT KE 1
TGL.

A. Pengertian
Salah satu teknik terapi prilaku dengan memberikan petunjuk terbimbing kepada klien dalam berimaginasi/khayal/membayangkan sesuai dengan kemampuannya dalam rangka mereduksi stress fisik dan mental.
B. Tujuan
1. Relaksasi otot-otot tubuh
2. Memberikan rasa nyaman
3. Mengalihkan perhatian
4. Mengurangi rasa nyeri-sakit
5. Mengurangi distress
C. Kebijakan
1. Dilakukan oleh semua mahasiswa yang telah mendapatkan teori dan praktek terapi prilaku.
2. Indikasi : Stress, cemas, depresi, nyeri, hipokondria.
D. Persiapan Alat:
1. Kursi dengan sandaran kepala dan lengan
2. Matras
3. Tape (Musik pengiring)
E. Persiapan perawat
Memiliki kemampuan menghadirkan-membeimbing dalam melakukan imaginasi yang positif bagi klien.
F. Persiapan pasien
B.a.k/b.a.b., perut tidak lapar atau kekenyangan.
G. Persiapan lingkungan
Ruangan yng tenang dan nyaman
Tertutup (minimalisir stimulus)

H. Prosedur Kerja
Menyampaikan salam
Mengingatkan nama perawat
Menegaskan maksud pertemuan
Menyampaikan tujuan terapi
Menanyakan kesiapan pasien untuk terapi
Memberi kesempatan pasien bertanya/menyampaikan sesuatu (k/p tindaklanjuti sementara)
Menanyakan keluhan utama
Tanggapi secukupnya
Atur posisi klien senyaman mungkin tersedia.(Duduk atau tiduran)
Perawat berada disamping klien
Melakukan bimbingan:
Klien menutup mata
Letakkan tubuh senyaman-nyamannya
Periksa otot-otot klien dalam keadaan relaks
Ambil nafas melalui hidung, tahan sebentar, dan keluarkan melalui mulut perlahan-lahan (sesuai bimbingan)
Minta klien untuk membayangkan hal-hal yang menyenangkan atau keindahan, dan pastikan klien mampu melakukannya.
Kalau perlu tanyakan kepada klien, bila belum bias dan gagal,
Secara terbimbing perawat meminta klien untuk melakukan imaginasi sesuai dengan ilustrasi yang dicontohkan perawat.
Biarkan klien menikmati imaginasinya
Setelah terlihat adanya respon bahwa klien mampu, dan waktu dalam rentang 15-30 menit, minta klien untuk membuka mata

Mintai respon klien
Kesimpulan dan support
Memberikan follow up
Kontrak (bila diperlukan)
Salam

I. Unit Terkait: Semua unit dengan indikasi yang sesuai.

J. Referensi:
1. Rawlin, Williams, & Beck, 1993, Mental Health Psychiatric Nursing, Philadelpia-USA.
2. Davis, M., Eshhelnan, E.R., dan McKay,M., 1995, Panduan Relaksasi dan Reduksi Stress, EGC,Jakarta.
3. Potter & Perry, 1991, Basic Nursing, 2nd, Mosby, Philadelpia.




















TERAPI PRILAKU:
MEDITASI
DISAHKAN OLEH DIREKTUR
PROSEDUR TETAP
TERBIT KE 1
TGL.

A. Pengertian
Salah satu teknik terapi prilaku dengan memberikan petunjuk terbimbing kepada klien dalam berimaginasi/khayal/membayangkan sesuai dengan kemampuannya dalam rangka mereduksi stress fisik dan mental.
B. Tujuan
6. Relaksasi otot-otot tubuh
7. Memberikan rasa nyaman
8. Mengalihkan perhatian
9. Mengurangi rasa nyeri-sakit
10. Mengurangi distress
C. Kebijakan
3. Dilakukan oleh semua mahasiswa yang telah mendapatkan teori dan praktek terapi prilaku.
4. Indikasi : Stress, cemas, depresi, nyeri, hipokondria.
D. Persiapan Alat:
4. Kursi dengan sandaran kepala dan lengan
5. Matras
6. Tape (Musik pengiring)
E. Persiapan perawat
Memiliki kemampuan menghadirkan-membeimbing dalam melakukan imaginasi yang positif bagi klien.
F. Persiapan pasien
B.a.k/b.a.b., perut tidak lapar atau kekenyangan.
G. Persiapan lingkungan
Ruangan yng tenang dan nyaman
Tertutup (minimalisir stimulus)

H. Prosedur Kerja
Menyampaikan salam
Mengingatkan nama perawat
Menegaskan maksud pertemuan
Menyampaikan tujuan terapi
Menanyakan kesiapan pasien untuk terapi
Memberi kesempatan pasien bertanya/menyampaikan sesuatu (k/p tindaklanjuti sementara)
Menanyakan keluhan utama
Tanggapi secukupnya
Atur posisi klien senyaman mungkin tersedia.(Duduk atau tiduran)
Perawat berada disamping klien
Melakukan bimbingan:
Klien menutup mata
Letakkan tubuh senyaman-nyamannya
Periksa otot-otot klien dalam keadaan relaks
Ambil nafas melalui hidung, tahan sebentar, dan keluarkan melalui mulut perlahan-lahan (sesuai bimbingan)
Minta klien untuk membayangkan hal-hal yang menyenangkan atau keindahan, dan pastikan klien mampu melakukannya.
Kalau perlu tanyakan kepada klien, bila belum bias dan gagal,
Secara terbimbing perawat meminta klien untuk melakukan imaginasi sesuai dengan ilustrasi yang dicontohkan perawat.
Biarkan klien menikmati imaginasinya
Setelah terlihat adanya respon bahwa klien mampu, dan waktu dalam rentang 15-30 menit, minta klien untuk membuka mata

Mintai respon klien
Kesimpulan dan support
Memberikan follow up
Kontrak (bila diperlukan)
Salam

I. Unit Terkait: Semua unit dengan indikasi yang sesuai.

J. Referensi:
4. Rawlin, Williams, & Beck, 1993, Mental Health Psychiatric Nursing, Philadelpia-USA.
5. Davis, M., Eshhelnan, E.R., dan McKay,M., 1995, Panduan Relaksasi dan Reduksi Stress, EGC,Jakarta.
6. Potter & Perry, 1991, Basic Nursing, 2nd, Mosby, Philadelpia.

KEPERAWATAN DAN PSIKOLOGI

Keperawatan dan psikologi adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Terlebih keperawatan jiwa, basic sciencenya adalah psikologi. Oleh karena itu, teman-teman perawat yang ingin mengembangkan diri dan profesi, tentu secara keilmuan lebih dekat dan urgen di Psikologi. Pengalaman Pendidikan keperawatan, dari DIII ke S1, dapat dikatakan tidak ada bedanya, bahkan lebih berkualitas saat kuliah di DIII. Banyak faktor, yang paling jelas adalah dosen-dosennya lebih senior dan berpengalaman di DIII yang memang tumbuh dan berkembang lebih dulu.
Perkembangan kemudian dapat cerita dari teman-teman yang ngambil S2 keperawatan, juga tak berbeda pengalamannya ketika saya dari DIII ke S1. Padahal biaya untuk kuliahnya boleh dibilang seperti dokter ngambil spesialis. Sekarang apa yang bisa diperbuat...? Tetapi tentu saya sendiri tidak menafikkan, tetap memberi manfaat dan berguna, hanya kebutuhan riil di lapangan khususnya pelayanan, "jauh panggang dari api". Tetapi intinya, mari kita sinergikan berbagai potensi kita, untuk kemajuan profesi, karena kalau bukan kita siapa lagi.....!